BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perhatian terhadap
penyakit tidak menular semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi
kejadian penyakit di masyarakat. Selain 10 rating teratas penyakit yang
mematikan masih banyak lagi berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian
salah satu contohnya adalah hydrocefalus pada anak.
Kita mengenal
“Hydrocephalus” sebagai suatu kelainan yang biasanya terjadi pada bayi, dan
ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Namun apa sebenarnya
hydrocephalus dan bagaimana penanganannya ?.
Hidrosefalus adalah
jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi cairan otak (Cairan
Serebro Spinal = CSS) dalam jumlah tertentu, untuk kemudian didistribusikan
dalam ruang-ruang ventrikel otak, sampai akhirnya diserap kembali. Dalam
keadaan dimana terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan
kembali, terjadi penumpukan cairan otak di ventrikel. Kondisi inilah yang dalam
istilah medis dikenal sebagai “hydrocephalus”.
Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi pada
dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga
lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi
ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran
diameter kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan
CSS. Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar.
Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, takkan mampu menambah besar
diameter kepala.
Tingkat kematian pada bayi yang menderita Hydrocefalus
sangat tinggi, oleh
karna itu melihat kompleksnya permasalahan kesehatan ini, khususnya penyakit
hydrocefalus yang terjadi pada
masyarakat, maka dibuatlah laporan ini untuk dapat menegtahui secara lebih
detail tentang penyebab, pola penyebaran penyakit, sehingga mampu dilakukan upaya-upaya
penanggulangi permasalahan tersebut.
1.2 Tujuan
-
Mengetahui
etiologi, penyebab, dan gejala penyakit Hydrocefalus.
-
Mengetahui
Faktor pencetus, faktor pendorong dan faktor resiko dari Hydrocefalus.
-
Mengetahui
hubungan HAE diwilayah tersebut.
-
Mampu
membuat riwayat alamiah penyakit penderita serta melakukan penangana terhadap
penderita Hydrocefalus.
-
Mampu
memberikan advice sebagai upaya penanggulangan pada penyakit Hydrocefalus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Hidrocefalus adalah
keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal
dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989).
Hidrocefalus adalah
kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem
ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan
peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998).
Hidrocefalus adalah
keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis
di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang
meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997).
Jadi Hidrocefalus
merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.
Adapun Tipe
Hidricephalus Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Konginetal
: Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
2. Di
dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit
tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.
2.2 Etiologis
Penyebab
yang paling sering adalah obstruksi aliran keluar CSS. Pada fetus atau neonatus
penyebab obstruksi kebanyakan adalah akibat kelainan perkembangan atau bisa
saja terjadi karena kepala yang terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di
bagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang. Bagaimanapun
letaknya Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi segala pelvik dengan segala
akibatnya. Cairan
serebropinalis pada ventrikel otak bisa mencapai 500-1.500 CC.
Hydrosefalus
terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat
yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik adalah foramen Monroi, Foramen
Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis.
Teroritis
pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi,
misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Berkurangnya absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada
obstruksi kronis aliran vena otak pada trombosis sinus longitudinalis. Contoh
lain ialah terjadinya hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina
bifida dengan meningokel akibat berkurangnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :
a) Kelainan bawaan
- Stenosis akuaduktus sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak
pada hidrosefalus bayi dan anak (60 – 90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran
buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan –
bulan pertama setelah lahir.
- Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini
biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold – Chiari akibat tertariknya medulla
spinalis dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
- Sindrom Dandy – Walker
Merupakan atresia kongenital foramen
Luschka dan Magendie dengan akibat hidrosefalus abstruktif dengan pelebaran
sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
- Kista Araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi
dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
- Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan
terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio – vena yang mengenai arteria
serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transverses dengan akibat
obstruksi akuaduktus.
b) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subaraknoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
tergangu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau
sisterna basalis. Lebih banyak hidrosepalus terdapat paska meningitis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terdapat penebalan jaringan
piameter dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis
serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal
sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis
purulenta lokalisasinya lebih tersebar.
c) Neoplasme
Hydrosefalus oleh obstruksi mekanis
yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini
ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka
dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan
atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan
suatu kraniofaringioma.
d) Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa
perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibriosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi
akibat organisasi dari darah itu sendiri (Ngastiyah,2005).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hydrosefalus bergantung pada faktor
yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
a)
Gambaran klinis, dikenal hydrosefalus manifes (overt
hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
b)
Waktu pembentukan, dikenal hydrosefalus kongenital dan
hidrosefalus akuisita.
c)
Proses terbentuknya, dikenal hydrosefalus akut dan hidrosefalus
kronik.
d) Sirkulasi CSS, dikenal
hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
e)
Hydrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel,
hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas
permukaan korteks, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Hawes, 2008).
2.4 Patofisiologi
Hydrocefalus
terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan,
peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa
sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai
upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat
selama perkembangan Hidrocefalus.
Dialatasi
ini terjadi sebagai akibat dari: Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat. Perubahan mekanis dari otak Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis Hilangnya jaringan otak Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial (Hendarto, 1999).
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat. Perubahan mekanis dari otak Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis Hilangnya jaringan otak Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial (Hendarto, 1999).
Pada yang lebih tua obstruksi terjadi akibat trauma,
infeksi, tumor. Manifestasi klinis Hidrosefalus tergantung pada umur dan
kecepatan timbulnya. Pada neonatus tampak kepalanya besar, sutura kuanial
melebar dan mata menonjol, biasanya dengan tanda-tanda tekanan meninggi yang
berkepanjangan seperti buta (atropi optik), paralysis dan retardasi menifal.
Bila timbulnya pada anak yang lebih besar (sutura sudah menutup), sakit kepala
dan muntah-muntah adalah gejala awal.
Bila janin dalam persentasi kepala diagnosis tidak
terlalu sulit. Untuk memudahkan pemeriksaan kandung kencing harus dikosongkan
lebih dahulu. Pada papasi ditemukan kepala lebih besar dari pada biasanya serta
menonjol diatas simpisis. Karena kepala janin besar dan tidak dapat masuk
kedalam panggul. Kemungkinan
hidrosepalus dipikirkan apabila :
- Kepala tidak masuk kedalam panggul, pada persalinan dengan panggul normal his kuat.
- Kepala janin traba sebagai benda bersar diatas simpisis.
- Bayangan tulang kepala sangat tipis.
2.5 Tanda
dan Gejala
Gejala
yang nampak dapat berupa :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri
kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai
pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila
dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak
menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di
kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan
teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada
mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh
tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur
dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala
kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang,
kadang-kadang gangguan pusat vital yang dapata berakhir dengan kematian
(Ngastiyah, 1997; Depkes;1998).
2.6
Faktor Risiko
Bayi prematur memiliki peningkatan risiko pendarahan yang
parah pada ventrikel di dalam otak (intraventricular hemorrhage), yang
menyebabkan hydrocephalus.
Masalah tertentu pada saat kehamilan dapat meningkatkan
risiko janin mengalami hydrocephalus antara lain:
a. Infeksi
di dalam uterus
b. Masalah
yang berhubungan dengan janin, seperti penutupan yang tidak sempurna pada tulang
belakang
Cacat
yang tidak berhubungan dengan kelahiran juga dapat meningkatkan risiko
hydrocephalus.
Faktor lain yang meningkatkan risiko
hydrocephalus antara lain:
a.
Tumor pada otak atau tulang belakang
b.
Infeksi sistem syaraf pusat
c.
Pendarahan pada otak
d.
Cedera kepala yang parah
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan hydrocefalus masuk pada katagori ”live saving and
live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan
dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan
serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau
pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan
cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat
produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel
dengan subarakhnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke
dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke
dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter
Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu
arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus
diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang
pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di
bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam
selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih
dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur,
tidak mudah putus, yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser
sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
Persalinan pada wanita dengan janin Hydrosefalus perlu
dilakukan pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadi ruktur uteri selalu
mengancam. Cara
penanganannya :
1.
Kepala Janin besar dikecilkan dengan
jalan melakukan fungsi sistema pada pembukaan 3-4 cm. Caranya : Dengan
menggunakan jarum besar spinal, cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dari
ventrikel. Jarum dimasukkan dengan suntikan tajam supaya tidak salah jalan atau
melukai jalan lahir.
2.
Kalau pembukaan lengkap dikerjakan
ferforasi atau kranioklasi.
3.
pada
letak sungsang atau terjadi after coming head dilakukan perforasi dari foramen
ovale untuk mengeluarkan cairan. Biasanya sesudah kepala jadi kecil akan mudah
dilahirkan, setelah kepala mengecil bahaya regangan bawah uterus hilang.
Sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala dalam rongga panggul. Bila
janin dalam letak sungsang pengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat
lahir dilakukan fungsi atau ferforasi melalui foramen oksi fitalis magnum atau
semua temporalis.
BAB III
METODE KERJA
3.1
Waktu dan Tempat
Observasi mengenai permasalahan kesehatan ini
dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 pada pukul 11.25 – 16.10 WITA.
Bertempatkan pada pemukiman yang berada di Jl. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi
Samarinda Seberang.
3.2
Cara Pengambilan Data
Pengambilan data
dilaksanakan dengan metode
observasi dan dilanjutkan wawancara
kepada salah seorang responden sebanyak 5 kali kunjungan, dengan Jenis
pengambilan sampel random sampling yaitu pemilihan secara acak memilih rumah
salah seorang warga. Adapun penulisan laporan dengan mengunakan sistematika penelitian
case kontrol untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit hydrocefalus.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil Observasi
No.
|
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
![]() |
Gambar Rizki yang selalu
terbaring diruang tamu dan seringnya memegang kepala serta mencolok matanya
hingga berdarah.
|
2.
|
![]() |
Kepemilikan 2 orang putra putri
menunjukkan Ibu Mirna telah menerapkan sistem KB, karna t\enggan untuk
memiliki anak kembali.
|
3.
|
![]() |
Rizki selalu berteriak ketika
keadaan rumah sepi, sebaliknya ketika banyak suara yang terdengar Rizki akan
diam kembali dan terlelap, seperti pada gambar.
|
4.
|
![]() |
Prosesi BHSP
|
5.
|
![]() |
Kondisi belakang bangsalan,
terlihat memang tidak ada sampah namun rerumputan tumbuh liar.
|
6.
|
![]() |
Akses jalan masuk menuju
Bangsalan Gg.Dewi
|
7.
|
![]() |
Bangsalan Ibu Mirna terlihat dari
depan dan bangsalan terbuat dari papan.
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Situasi dan Kondisi Rumah
Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan di Jl. KH.Harun
Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang, didapatkan hasil bahwa kawasan pemukiman di
JL. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang, bukan merupakan kawasan yang
padat penduduk bahkan sebaliknya jarang pemukiman diwilayah ini. Jarak 1 rumah
dengan yang lain ± 1,5 m2 -2 m2 . Ilalang dan rerumputan lain
tumbuh merambat dengan subur dan lebat baik pada tanah yag belum ada bangungan
maupun yang telah ada bangunan, sehingga jika kita melewati gang-gang yag
berada di JL. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang akan tercium bau-bauan
rerumputan dipagi dan sore hari.
Letak rumah responden
yang diobservasi tepat berada di Gang ke 13 dari akses jalan utama, jalan akses
kedalam gang terbilang bagus karena telah beraspal sebagaimana jalan utama
meskipun sebagian ditepi jalan ditumbuhi dengan rerumputan, rumah responden
berupa 1 dari 3 deretan bangsalan yang terjejer pada Gg.Dewi tersebut. Pada
lingkungan halaman depan rumah bangsalan ini hingga belakang sangat terjaga
kesebersihannya. Adapun keadaan didalam rumah responden, khalayak bangsalan
yang lain hanya memiliki 1 ruang tamu, 1 kamar, 1 dapur dan 1 kamar mandi.
Bangsalan ini berukuran 2,5x11 m2 per bangsalan tersebut.
Bangsalan ini terbuat
dari papan dengan ketinggian 25 cm dari permukaan tanah. Kesan pertama saat
memasuki salah satu ruangan pada rumah responden yaitu ruang tamu sangat nyaman
dan teduh apalagi didukung dengan antusias penghuni rumah dan beberapa rekannya
saat menjamu. Pencahayaan ruang tamu sangat cukup namun untuk diruangan lain
sangat gelap dikarenakan tidak ada sumber pencahayaan lagi selain 1 jendela
besar tepat didepan rumah dan pintu depan maupun belakan yang harus dibuka
tiap harinya untuk memperoleh pencahayaan dan penghawaan.
Dari 1 deret bangsalan
ini merupakan kerabat dekat dari responden, adapun pada bangsalan yang jadi
bahan pembahasan kali ini adalah bangsalan yang dihuni oleh ibu Mirna (24
tahun) beserta keluarga intinya. Dalam bangsalan tersebut dihuni oleh 4 orang
yakni ibu mirna dan suami serta 2 orang putra putrinya.
4.2.2
Pengidentifikasian Permasalahan Kesehatan
Bangsalan yang menjadi
tempat tinggal ibu mirna ini menurut kriteria sanitasi perumahan dan pemukiman
sangat tidak dianjurkan karna seminimalnya penghuni rumah itu harus punya ruang
gerak sebesar ± 8 meter sedangkan penghuni bangsalan ibu Mirna dalah 4 orang
dengan ukuran rumah ± 2,5x11 m2 itu masih kurang mencukupi.
Dari hasil observasi
terdapat salah seorang anggota keluarga ibu mirna yang mengalami gangguan
kesehatan yaitu putra pertamanya ananda Rizki yang sekarang berusia 6 tahun.
Ananda Rizki ini mengalami gangguan kesehatan yang mengakibatkan bertambahnya
cairan pada otak yang sering kita dengar adalah Hydrocefalus semenjak
dilahirkan.
Banyak beberapa faktor
yang menyebabkan penyakit tidak menular ini terjadi pada ananda Rizki.
Contohnya asupan makan sang ibu pada saat kehamilan, jarangnya melakukan
pemeriksaan kehamilan pada pelayanan kesehatan terdekat karna dirasa janin yang
dikandungnya akan lahir normal dan sehat, ibu Mirna memilih kawin muda agar
segera punya anak, kepemilikan hewan piaraan kucing yang mampu menyebarkan
toxoplasma pada manusia, virus inilah yang menyebabkan faktor utama Ananda
Rizki menderta Hydrocefalus.
Sekilas kronologi
timbulnya Hydrocefalus dan beberapa penangganan yang telah dilakukan oleh
responden adalah berawal dari keinginan Ibu Mirna untuk kawin muda detelah
lulus SMP dengan alasan segera punya anak, pada saat kehamilan berlangsung
karna kecintaannya Ibu Mirna akan hewan piaraan yaitu kucing sehingga beliau
sering sekali bermain dengan hewan tersebut tanpa disadari maupun disadari bulu
kucing itu beterbangan. Pada saat kehamilan berlangsung ibu mirna sengaja tidak
memeriksakan kehamilannya karna dirasa pasti anak yang dikandungnya akan lahir
normal. Setelah waktu kelahiran tiba, Ibu Mirna dilarikan kerumah sakit umum
dengan berbekalkan kartu jaminan miskin. Setelah dilahirkan ibu Mirna perawat
kaget karna menjumpai benjolan cairan di kepala sebesar kepala tangan si bayi,
dalam hitungan detik benjolan itu makin membesar hingga 5 menit setelah
dilahirkan lingkar kepla telah menyerupai bola kaki dengan ukuran lingkar kepala
69. Sehingga dokter memutuskan untuk diisolasikan bayi tersebut sambil menunggu
masa operasi tiba. Hingga sekarang Rizki telah melakukan 3 kali operasi dan
terakhir kali pemasangan selang cairan pada otak yang disalurkan pada perutnya.
4.2.3
Analisis Keterkaitan Akan WTO
Waktu
(Time)
karena
perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan
faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :
a.
Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan
angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
b.
Perubahan-perubahan secara siklus dimana
perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara
beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
c.
Perubahan-perubahan angka kesakitan yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau
berpuluh-puluh tahun.
Perubahan atau
perkembangan dari penyakit responden yaitu ananda Rizki adalah
Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang
panjang. Rizki telah menderita Hydrocefalus sejak pertama kali dilahirkan
hingga sekarang berumur 6 tahun.
Tempat
(Place)
Tempat disini sebagai
tempat perkembang biakan vektor penyakit. Sebelum pindah kebangsalan di gang
dewi, ibu Mirna dan suami tinggal dibangsalan mertua yang keadaan lingkungannya
pun tidak jauh berbeda, yaitu lingkungan yang masih jauh dari kepadatan
penduduk, vektor yang bisa berkembang hanyalah perkembangbiakan nyamuk dan
vektor ini bukan merupakan faktor terjadinya Hydrocefalus.
Orang
(Person)
peranan umur, jenis
kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya
keluarga, struktur keluarga dan paritas sangat berkaitan (Buston, 2006).
-
Umur, kerentanan ibu Mirna untuk
melahirkan sangat riskan dikarenan usia 16 tahun masih belum diizinkan untuk
seorang perempuan mengalami kehamilan karna dinilai alat reproduksi belum siap
untuk menerima kehamilan.
-
Jenis kelamin, baik perempuan maupun
laki-laki tidak dibedakan pada menyebaran penyakit Hydrocefalus ini, pada saat
pemeriksaan medis yang dilakukan ibu mirna, seorang dokter meyebutkan bahwa
penambahan cairan yang terjadi pada kepala Rizki ini karna adanya virus
toxoplama yang berasala dari adanya pengkontaminan bulu kucing pada makanan yag
dikonsumsi Ibu mirna.
-
Besarnya keluarga, keluarga ibu Mirna merupakan
keluarga yag telah menerapkan sistem KB.
-
Status perkawinan
-
Paritas, Tingkat hubungan kesehatan si
ibu maupun anak (genetik/ menurun)
-
Struktur keluarga dapat mempunyai
pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Karna tingkat ekonomi yang rendah dari
keturunan mbah buyut ibu mirna ternyata belum bisa memperbaiki stara kehidupannya
untuk lebih baik, sehinnga biasanya pengkonsumsian makanan dengan meminjam
istilah makan 1 makan sems disini juga berlaku yaitu jika bangslan 1 memiliki
harus dibagi keyang lain apalagi didukung dengan penghuni bangsalan itu adalah
kerabatnya, sehingga disini dapat diketahui bahwa asupan gizi peghuni bangsalan
kurang mencukupi.
4.2.4 Riwayat alamiah penyakit sampel serta
tindakan 5 level of prevention
Ø Riwayat
alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur tangan
medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara
alamiah.
RAP
suatu penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap
Prepatogenesis
Tahap dimana individu masih dalam
keadaan normal/sehat, naum sudah terjadi interaksi siluar tubuh antara host dan
agen. Jika kondisi host menurun serta kondisi lingkungan kurang menguntungkan
host, maka penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya,
yaitu tahap patogenesis (Buston, 2006).
b. Tahap
Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap,
yaitu:
- Tahap
inkubasi
Merupakan tenggang waktu antara
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka tehadap penyebab penyakit,
sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu
penyakit dengan penyakit lainnya.
- Tahap
dini
Tahap ini mulai dengan munculnya
gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah
kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam
masa subklinik.
- Tahap
lanjut
Merupakan tahap dimana peyakit
bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan
gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik
yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudh ditegakkan. Dan diperlukan
pula pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
- Tahap
akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit
dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1. Sembuh
sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali
2. Sembuh
dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa
cacat
3. Karier,
dimana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada
dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
4. Penyakit
tetap berlangsung secara kronik
5. Berakhir
dengan kematian.
-
Tahap Pasca Patogenesis (Buston, 2006).
Riwayat
alamiah penyakit responden :
Responden
Nama :
Adin Rizki hakim Pratama
Umur :
6 tahun
Penyakit :
Hydrocefalus
a.
Tahap prepatogenesis
Keadaan
masih normal dan sehat pada saat dilahirkan.
b.
Tahap patogenesis
- Tahap
inkubasi
Keadaan masih menunjukkan sehat
namun secara alamiah penyakit ini telah tumbuh didalam tubuh memasuki masa
inkubasi .
- Tahap
dini
mulai munculnya gejala penyakit
yang kelihatannya ringan, yaitu timbulnya benjolan segengaman tangan bayi yang
makin lama makin membesar hanya dalam hitungan detik setelah 5 menit Rizki
dilahirkan.
- Tahap
lanjut
Pembesaran tengkorak,
lingkar kepala semakin besar 69 pada pengukuran pertama setelah 5 menit, dengan
lingkar kepala yang membesar akhirnya dilakukan pengoperasian pemasangan selang
untuk mengeluarkan cairan diotak, pada usia 8 bulan dan saat ini lingkar kepala
64 atau 65.
Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan
dan penipisan tulang suborbita serta adanya gangguan persyarafan terutama pada indra
penglihatan sehingga terjadi kebutaan.
Mudah menangis dan mudah marah
- Tahap
akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit Hydrocefalus
ini menimbulkan kecacatan.
c.
Tahap pasca patogenesis
Cacat serta
penyakit tetap berlangsung secara kronik.
Tabel.
Faktor yang berpengaruh
Faktor
|
Penjelasan
|
Pencetus
|
Makan
dan tidur selalu dengan kucing
|
Pendorong
|
Prilaku
mengelus tubuh kucing sehingga bulu pada kucing berguguran, dimana pada bulu
tersebut mengandung virus toxoplasma, yang dilakukan berulang-ulang.
|
Resiko
|
Pola
makan serta usia perkawinan yang terlalu dini
|
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah
untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan
mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan-perubahan
yang terjadi di setiap tahap tersebut dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan
apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat
perkembangannnya sehingga tidak menjadi semakin berat, bahkan dapat
disembuhkan. Upaya pencegahan yang biasa digunakan adalah 5 Level of Prevention, yaitu:
1. Health Promotion
Health education, Peningkatan
gizi, Pengawasan
pertumbuhan anak,
Perumahan sehat, Hiburan/rekreasi, Nasehat
perkawinan, Pendidikan sex.
Health
promotion yang dilakukan Ibu Mirna adalah sering mengikuti health education mengenai
kesehatan lingkungan dan mencari
pengetahuan detail soal penanganan Hydrocefalus.
2. Specific Protection
Imunisasi, Higiene perorangan & sanitasi lingkungan, Perlindungan terhadap kecelakaan, Perlindungan
kerja, perlindungan terhadap karsinogen, Perlindungan terhadap allergen.
Keluarga
ini belum ada perlindungan khusus terhadap permasalahan kesehatan, higiene
perorangan sangat baik. Namun pada Rizki diberikan tambahan asupan makanan
MP-Asi atau vitamin.
3. Early Diagnosis & Prompt
Treatment
Pencarian kasus, Survei
individu/massal,
Survei
screening, Menyembuhkan
& mencegah berlanjutnya proses penyakit, Mencegah penyebaran penyakit menular, Mencegah
komplikasi.
Pihak
puskesmas dan rumah sakit berkerja sama yang baik akan penangulangan penyakt
Hydrocefalus. Kontrol akan kesehatan rutin dilaksanakan tiap bulan.
4. Disability Limitation
Perawatan yang baik & tepat, Mencegah
komplikasi lebih lanjut,
Perbaikan
fasilitas utk mengatasi cacat & mencegah kematian.
Perawatan
yang baik oleh ibu mirna dilakukan dengan baik apalagi didukung dengan
perolehan skill tersendiri dari dokter ahli.
5. Rehabilitation
Dukungan
moral dari warga sekitar dan kerabat dekatnya membuat Ibu Mirna menjadi sangt
yakin dengan kesembuhan putranya meskipun kondisi tubuh Rizki yang makin lama
makin melemah.
4.2.5
Sistem Kewaspadaan Dini
Merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi
penyakit beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi
surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap
kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar
biasa yang cepat dan tepat.
SKD dilakukan dilakukan oleh mirna dengan cara
memperbaiki pola makan beliau besrta keluarga dan sangat menjauhkan rumah
tempat tinggalnya dari hewan-hewan piaraan tetangga demi terciptanya keluarga
yang sehat.
Sedangkan
dari pihak dinas kesehatan kota belum ada melakukan
intervensi akan adanya penderita Hydrocefalus.
4.2.6 Advice Sebagai Upaya Pencegahan
(health promotion dan specific protection)
Untuk
mengurangi risiko hydrocephalus dapat dilakukan dengan cara:
-
Jika anda sedang hamil, lakukan pemeriksaan rutin
terhadap kehamilan anda untuk mengurangi risiko apapun terhadap janin anda.
-
Lindungi diri anda dari penyakit infeksi.
Untuk
mencegah cedera kepala:
-
Gunakan pelindung kepala yang baik.
-
Selalu gunakan sabuk pengaman ketika menggunakan
kendaraan bermotor.
Tanyakan pada dokter anda mengenai
vaksin meningitis. Meningitis merupakan penyebab umum hydrocephalus.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
-
Hidrocefalus merupakan suatu keadaan
patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal. Hydrosefalus terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS
dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Adapun
gejala pada penderita Hydocefalus adalah Kejang, Muntah-muntah, Perkembangan
yang terlambat, Ubun-ubun menonjol dan tegang, Pembuluh darah balik (vena)
kepala membesar, Terjadi gangguan penglihatan dan mata juling atau gangguan
persarafan, dll.
-
Ada
3 faktor yang berpengaruh akan timbulnya
penyakit Hydrocefalus ini yaitu: a)pencetus meninjau dari prilaku responden,
b)pendorong masuknya virus toxoplasma kedalam tubuh dan c)resiko dimana pola makan dan usia
perkawinan yang terlalu dini sebagai faktor resiko utama.
-
Faktor
yang paling menentukan pada gangguan kesehatan Hydrocefalus adalah pada aGent
itu sendiri.
-
Untuk mengurangi risiko hydrocephalus
dapat: Jika anda sedang hamil, lakukan pemeriksaan rutin terhadap kehamilan
anda untuk mengurangi risiko apapun terhadap janin anda, Lindungi diri anda
dari penyakit infeksi, Gunakan pelindung kepala yang baik untuk mengehindari
cedera kepala, Selalu gunakan sabuk pengaman ketika menggunakan kendaraan
bermotor, Tanyakan pada dokter anda mengenai vaksin meningitis. Meningitis
merupakan penyebab umum hydrocephalus.
5.2
Saran
Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan, maka diharapkan advice
yang diberikan terkait permasalahan kesehatan yang ada, dapat dipergunakan
dalam mengatasi mauapun mencegah terjadinya permasalahan kesehatan tersebut.
Yaitu dengan melakukan 5 level of
prevention seperti yang sudah dijelaskan di atas. Diharapkan pula akan
dinas kesehatan kota terkait untuk segera melakukan tindakan nyata akan adanya
hal tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
Bustan,M.N. 2006. Pengantar epidemiologi. Jakarta:Rineka
Cipta
Hawes,
Paulette. 2008. Asuhan Neonatus Rujukan.
Jakarta : EGC
Herdanto. 1999. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. . Jakarta : Buku kedokteran
EGC.
Ilmu Kesehatan Anak, Edisi I, Jakarta
Ngastiyah.
1997. Perawatan anak sakit edisi ke 1.
Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit edisi ke 2. Jakarta
: EGC