Jumat, 21 Desember 2012

EPTM kunjungan hydrocefalus


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Selain 10 rating teratas penyakit yang mematikan masih banyak lagi berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian salah satu contohnya adalah hydrocefalus pada anak.
Kita mengenal “Hydrocephalus” sebagai suatu kelainan yang biasanya terjadi pada bayi, dan ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Namun apa sebenarnya hydrocephalus dan bagaimana penanganannya ?.
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi cairan otak (Cairan Serebro Spinal = CSS) dalam jumlah tertentu, untuk kemudian didistribusikan dalam ruang-ruang ventrikel otak, sampai akhirnya diserap kembali. Dalam keadaan dimana terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan kembali, terjadi penumpukan cairan otak di ventrikel. Kondisi inilah yang dalam istilah medis dikenal sebagai “hydrocephalus”.
Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrocephalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter kepala yang makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS. Sedangkan pada orang dewasa, tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS yang tertumpuk, takkan mampu menambah besar diameter kepala.
Tingkat kematian pada bayi yang menderita Hydrocefalus sangat tinggi, oleh karna itu melihat kompleksnya permasalahan kesehatan ini, khususnya penyakit hydrocefalus  yang terjadi pada masyarakat, maka dibuatlah laporan ini untuk dapat menegtahui secara lebih detail tentang penyebab, pola penyebaran penyakit, sehingga mampu dilakukan upaya-upaya penanggulangi permasalahan tersebut.

1.2 Tujuan
-          Mengetahui etiologi, penyebab, dan gejala penyakit Hydrocefalus.
-          Mengetahui Faktor pencetus, faktor pendorong dan faktor resiko dari Hydrocefalus.
-          Mengetahui hubungan HAE diwilayah tersebut.
-          Mampu membuat riwayat alamiah penyakit penderita serta melakukan penangana terhadap penderita Hydrocefalus.
-          Mampu memberikan advice sebagai upaya penanggulangan pada penyakit Hydrocefalus.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor (Depkes RI, 1989).
Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel (Setyanegara, 1998).
Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah, 1997).
Jadi Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal.
Adapun Tipe Hidricephalus Hidrocefalus pada bayi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1.      Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan
2.      Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.

2.2  Etiologis
Penyebab yang paling sering adalah obstruksi aliran keluar CSS. Pada fetus atau neonatus penyebab obstruksi kebanyakan adalah akibat kelainan perkembangan atau bisa saja terjadi karena kepala yang terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang. Bagaimanapun letaknya Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi segala pelvik dengan segala akibatnya. Cairan serebropinalis pada ventrikel otak bisa mencapai 500-1.500 CC.
Hydrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik adalah foramen Monroi, Foramen Luschka dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis.
Teroritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Berkurangnya absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada obstruksi kronis aliran vena otak pada trombosis sinus longitudinalis. Contoh lain ialah terjadinya hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada spina bifida dengan meningokel akibat berkurangnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :
a) Kelainan bawaan
- Stenosis akuaduktus sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60 – 90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan – bulan pertama setelah lahir.
- Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold – Chiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
- Sindrom Dandy – Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat hidrosefalus abstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
- Kista Araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
- Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio – vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transverses dengan akibat obstruksi akuaduktus.
b) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS tergangu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosepalus terdapat paska meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terdapat penebalan jaringan piameter dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya lebih tersebar.
c) Neoplasme
Hydrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
d) Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibriosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Ngastiyah,2005).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hydrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
a)      Gambaran klinis, dikenal hydrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
b)      Waktu pembentukan, dikenal hydrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
c)      Proses terbentuknya, dikenal hydrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
d)     Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
e)      Hydrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Hawes, 2008).

2.4  Patofisiologi
Hydrocefalus terjadi sebagi akibat dari 3 mekanisme yaitu: produksi liguor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liguor dan peningkatan tekanan sinus venosa sebagai, konskwensi dari tiga mekanisme ini adalah peningkatan TIK sebagai upayamempertahankan keseimbangan sekresi dan observasi berbeda-beda setiap saat selama perkembangan Hidrocefalus.
Dialatasi ini terjadi sebagai akibat dari: Kompresi sistem serebrovaskular
Redistribusi dari liquor serebrospinalis atau cairan ekstra selular atau keduanya di dalam sistem susunan saraf pusat. Perubahan mekanis dari otak Efek tekanan denyut liquor cerebrospinalis Hilangnya jaringan otak Pembesaran volume tengkorak akibat adanya regangan abnormal pada sutura kranial (Hendarto, 1999).
Pada yang lebih tua obstruksi terjadi akibat trauma, infeksi, tumor. Manifestasi klinis Hidrosefalus tergantung pada umur dan kecepatan timbulnya. Pada neonatus tampak kepalanya besar, sutura kuanial melebar dan mata menonjol, biasanya dengan tanda-tanda tekanan meninggi yang berkepanjangan seperti buta (atropi optik), paralysis dan retardasi menifal. Bila timbulnya pada anak yang lebih besar (sutura sudah menutup), sakit kepala dan muntah-muntah adalah gejala awal.
Bila janin dalam persentasi kepala diagnosis tidak terlalu sulit. Untuk memudahkan pemeriksaan kandung kencing harus dikosongkan lebih dahulu. Pada papasi ditemukan kepala lebih besar dari pada biasanya serta menonjol diatas simpisis. Karena kepala janin besar dan tidak dapat masuk kedalam panggul. Kemungkinan hidrosepalus dipikirkan apabila :
  1. Kepala tidak masuk kedalam panggul, pada persalinan dengan panggul normal his kuat.
  2. Kepala janin traba sebagai benda bersar diatas simpisis.
  3. Bayangan tulang kepala sangat tipis.

2.5  Tanda dan Gejala
Gejala yang nampak dapat berupa :
1.      TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2.      Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3.      Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4.      Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5.      Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6.      Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7.      Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8.      Sklera mata tampak di atas iris
9.      Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10.  Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital yang dapata berakhir dengan kematian (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998).



2.6  Faktor Risiko
Bayi prematur memiliki peningkatan risiko pendarahan yang parah pada ventrikel di dalam otak (intraventricular hemorrhage), yang menyebabkan hydrocephalus.
Masalah tertentu pada saat kehamilan dapat meningkatkan risiko janin mengalami hydrocephalus antara lain:
a.       Infeksi di dalam uterus
b.      Masalah yang berhubungan dengan janin, seperti penutupan yang tidak sempurna pada tulang belakang
Cacat yang tidak berhubungan dengan kelahiran juga dapat meningkatkan risiko hydrocephalus.
Faktor lain yang meningkatkan risiko hydrocephalus antara lain:
a.       Tumor pada otak atau tulang belakang
b.      Infeksi sistem syaraf pusat
c.       Pendarahan pada otak
d.      Cedera kepala yang parah

2.7  Penatalaksanaan
Penanganan hydrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1.      Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2.      Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid
3.      Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a.       Drainase ventrikule-peritoneal
b.      Drainase Lombo-Peritoneal
c.       Drainase ventrikulo-Pleural
d.      Drainase ventrikule-Uretrostomi
e.       Drainase ke dalam anterium mastoid
f.       Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
4.      Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5.      Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus, yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.

Persalinan pada wanita dengan janin Hydrosefalus perlu dilakukan pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadi ruktur uteri selalu mengancam. Cara penanganannya :
1.      Kepala Janin besar dikecilkan dengan jalan melakukan fungsi sistema pada pembukaan 3-4 cm. Caranya : Dengan menggunakan jarum besar spinal, cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dari ventrikel. Jarum dimasukkan dengan suntikan tajam supaya tidak salah jalan atau melukai jalan lahir.
2.      Kalau pembukaan lengkap dikerjakan ferforasi atau kranioklasi.
3.      pada letak sungsang atau terjadi after coming head dilakukan perforasi dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan. Biasanya sesudah kepala jadi kecil akan mudah dilahirkan, setelah kepala mengecil bahaya regangan bawah uterus hilang. Sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala dalam rongga panggul. Bila janin dalam letak sungsang pengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat lahir dilakukan fungsi atau ferforasi melalui foramen oksi fitalis magnum atau semua temporalis.






















BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat
Observasi  mengenai permasalahan kesehatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 September 2012 pada pukul 11.25 – 16.10 WITA. Bertempatkan pada pemukiman yang berada di Jl. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang.

3.2 Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilaksanakan  dengan metode observasi  dan dilanjutkan wawancara kepada salah seorang responden sebanyak 5 kali kunjungan, dengan Jenis pengambilan sampel random sampling yaitu pemilihan secara acak memilih rumah salah seorang warga. Adapun penulisan laporan dengan mengunakan sistematika penelitian case kontrol untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit hydrocefalus.















BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil Observasi
No.
Pengamatan
Keterangan
1.
Gambar Rizki yang selalu terbaring diruang tamu dan seringnya memegang kepala serta mencolok matanya hingga berdarah.
2.
Kepemilikan 2 orang putra putri menunjukkan Ibu Mirna telah menerapkan sistem KB, karna t\enggan untuk memiliki anak kembali.
3.
Rizki selalu berteriak ketika keadaan rumah sepi, sebaliknya ketika banyak suara yang terdengar Rizki akan diam kembali dan terlelap, seperti pada gambar.
4.
Prosesi BHSP
5.
Kondisi belakang bangsalan, terlihat memang tidak ada sampah namun rerumputan tumbuh liar.
6.
Akses jalan masuk menuju Bangsalan Gg.Dewi
7.
Bangsalan Ibu Mirna terlihat dari depan dan bangsalan terbuat dari papan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Situasi dan Kondisi Rumah
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di  Jl. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang, didapatkan hasil bahwa kawasan pemukiman di JL. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang, bukan merupakan kawasan yang padat penduduk bahkan sebaliknya jarang pemukiman diwilayah ini. Jarak 1 rumah dengan yang lain ± 1,5 m2 -2 m2 . Ilalang dan rerumputan lain tumbuh merambat dengan subur dan lebat baik pada tanah yag belum ada bangungan maupun yang telah ada bangunan, sehingga jika kita melewati gang-gang yag berada di JL. KH.Harun Nafsi Gg. Dewi Samarinda Seberang akan tercium bau-bauan rerumputan dipagi dan sore hari.
Letak rumah responden yang diobservasi tepat berada di Gang ke 13 dari akses jalan utama, jalan akses kedalam gang terbilang bagus karena telah beraspal sebagaimana jalan utama meskipun sebagian ditepi jalan ditumbuhi dengan rerumputan, rumah responden berupa 1 dari 3 deretan bangsalan yang terjejer pada Gg.Dewi tersebut. Pada lingkungan halaman depan rumah bangsalan ini hingga belakang sangat terjaga kesebersihannya. Adapun keadaan didalam rumah responden, khalayak bangsalan yang lain hanya memiliki 1 ruang tamu, 1 kamar, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Bangsalan ini berukuran 2,5x11 m2 per bangsalan tersebut.
Bangsalan ini terbuat dari papan dengan ketinggian 25 cm dari permukaan tanah. Kesan pertama saat memasuki salah satu ruangan pada rumah responden yaitu ruang tamu sangat nyaman dan teduh apalagi didukung dengan antusias penghuni rumah dan beberapa rekannya saat menjamu. Pencahayaan ruang tamu sangat cukup namun untuk diruangan lain sangat gelap dikarenakan tidak ada sumber pencahayaan lagi selain 1 jendela besar tepat didepan rumah dan pintu depan maupun belakan yang harus   dibuka tiap harinya untuk memperoleh pencahayaan dan penghawaan.
Dari 1 deret bangsalan ini merupakan kerabat dekat dari responden, adapun pada bangsalan yang jadi bahan pembahasan kali ini adalah bangsalan yang dihuni oleh ibu Mirna (24 tahun) beserta keluarga intinya. Dalam bangsalan tersebut dihuni oleh 4 orang yakni ibu mirna dan suami serta 2 orang putra putrinya.

4.2.2 Pengidentifikasian Permasalahan Kesehatan
Bangsalan yang menjadi tempat tinggal ibu mirna ini menurut kriteria sanitasi perumahan dan pemukiman sangat tidak dianjurkan karna seminimalnya penghuni rumah itu harus punya ruang gerak sebesar ± 8 meter sedangkan penghuni bangsalan ibu Mirna dalah 4 orang dengan ukuran rumah ± 2,5x11 m2 itu masih kurang mencukupi.
Dari hasil observasi terdapat salah seorang anggota keluarga ibu mirna yang mengalami gangguan kesehatan yaitu putra pertamanya ananda Rizki yang sekarang berusia 6 tahun. Ananda Rizki ini mengalami gangguan kesehatan yang mengakibatkan bertambahnya cairan pada otak yang sering kita dengar adalah Hydrocefalus semenjak dilahirkan.
Banyak beberapa faktor yang menyebabkan penyakit tidak menular ini terjadi pada ananda Rizki. Contohnya asupan makan sang ibu pada saat kehamilan, jarangnya melakukan pemeriksaan kehamilan pada pelayanan kesehatan terdekat karna dirasa janin yang dikandungnya akan lahir normal dan sehat, ibu Mirna memilih kawin muda agar segera punya anak, kepemilikan hewan piaraan kucing yang mampu menyebarkan toxoplasma pada manusia, virus inilah yang menyebabkan faktor utama Ananda Rizki menderta Hydrocefalus.
Sekilas kronologi timbulnya Hydrocefalus dan beberapa penangganan yang telah dilakukan oleh responden adalah berawal dari keinginan Ibu Mirna untuk kawin muda detelah lulus SMP dengan alasan segera punya anak, pada saat kehamilan berlangsung karna kecintaannya Ibu Mirna akan hewan piaraan yaitu kucing sehingga beliau sering sekali bermain dengan hewan tersebut tanpa disadari maupun disadari bulu kucing itu beterbangan. Pada saat kehamilan berlangsung ibu mirna sengaja tidak memeriksakan kehamilannya karna dirasa pasti anak yang dikandungnya akan lahir normal. Setelah waktu kelahiran tiba, Ibu Mirna dilarikan kerumah sakit umum dengan berbekalkan kartu jaminan miskin. Setelah dilahirkan ibu Mirna perawat kaget karna menjumpai benjolan cairan di kepala sebesar kepala tangan si bayi, dalam hitungan detik benjolan itu makin membesar hingga 5 menit setelah dilahirkan lingkar kepla telah menyerupai bola kaki dengan ukuran lingkar kepala 69. Sehingga dokter memutuskan untuk diisolasikan bayi tersebut sambil menunggu masa operasi tiba. Hingga sekarang Rizki telah melakukan 3 kali operasi dan terakhir kali pemasangan selang cairan pada otak yang disalurkan pada perutnya.

4.2.3 Analisis Keterkaitan Akan WTO
Waktu (Time)
karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :
a.       Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
b.      Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
c.       Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun.
Perubahan atau perkembangan dari penyakit responden yaitu ananda Rizki adalah Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang. Rizki telah menderita Hydrocefalus sejak pertama kali dilahirkan hingga sekarang berumur 6 tahun.

Tempat (Place)
Tempat disini sebagai tempat perkembang biakan vektor penyakit. Sebelum pindah kebangsalan di gang dewi, ibu Mirna dan suami tinggal dibangsalan mertua yang keadaan lingkungannya pun tidak jauh berbeda, yaitu lingkungan yang masih jauh dari kepadatan penduduk, vektor yang bisa berkembang hanyalah perkembangbiakan nyamuk dan vektor ini bukan merupakan faktor terjadinya Hydrocefalus.

Orang (Person)
peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas sangat berkaitan (Buston, 2006).
-          Umur, kerentanan ibu Mirna untuk melahirkan sangat riskan dikarenan usia 16 tahun masih belum diizinkan untuk seorang perempuan mengalami kehamilan karna dinilai alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan.
-          Jenis kelamin, baik perempuan maupun laki-laki tidak dibedakan pada menyebaran penyakit Hydrocefalus ini, pada saat pemeriksaan medis yang dilakukan ibu mirna, seorang dokter meyebutkan bahwa penambahan cairan yang terjadi pada kepala Rizki ini karna adanya virus toxoplama yang berasala dari adanya pengkontaminan bulu kucing pada makanan yag dikonsumsi Ibu mirna.
-          Besarnya keluarga, keluarga ibu Mirna merupakan keluarga yag telah menerapkan sistem KB.
-          Status perkawinan
-          Paritas, Tingkat hubungan kesehatan si ibu maupun anak (genetik/ menurun)
-          Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Karna tingkat ekonomi yang rendah dari keturunan mbah buyut ibu mirna ternyata belum bisa memperbaiki stara kehidupannya untuk lebih baik, sehinnga biasanya pengkonsumsian makanan dengan meminjam istilah makan 1 makan sems disini juga berlaku yaitu jika bangslan 1 memiliki harus dibagi keyang lain apalagi didukung dengan penghuni bangsalan itu adalah kerabatnya, sehingga disini dapat diketahui bahwa asupan gizi peghuni bangsalan kurang mencukupi.

 4.2.4 Riwayat alamiah penyakit sampel serta tindakan 5 level of prevention
Ø  Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit itu tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara alamiah.
RAP suatu penyakit pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a.       Tahap Prepatogenesis
Tahap dimana individu masih dalam keadaan normal/sehat, naum sudah terjadi interaksi siluar tubuh antara host dan agen. Jika kondisi host menurun serta kondisi lingkungan kurang menguntungkan host, maka penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, yaitu tahap patogenesis (Buston, 2006).
b.      Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu:
-       Tahap inkubasi
Merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka tehadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya.
-       Tahap dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinik.
-       Tahap lanjut
Merupakan tahap dimana peyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudh ditegakkan. Dan diperlukan pula pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
-       Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
1.      Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali
2.      Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat
3.      Karier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
4.      Penyakit tetap berlangsung secara kronik
5.      Berakhir dengan kematian.
-          Tahap Pasca Patogenesis (Buston, 2006).

Riwayat alamiah penyakit responden :
Responden
Nama               : Adin Rizki hakim Pratama
Umur               : 6 tahun
Penyakit          : Hydrocefalus
a.       Tahap prepatogenesis
Keadaan masih normal dan sehat pada saat dilahirkan.
b.      Tahap patogenesis
-       Tahap inkubasi
Keadaan masih menunjukkan sehat namun secara alamiah penyakit ini telah tumbuh didalam tubuh memasuki masa inkubasi .
-       Tahap dini
mulai munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan, yaitu timbulnya benjolan segengaman tangan bayi yang makin lama makin membesar hanya dalam hitungan detik setelah 5 menit Rizki dilahirkan.
-       Tahap lanjut
Pembesaran tengkorak, lingkar kepala semakin besar 69 pada pengukuran pertama setelah 5 menit, dengan lingkar kepala yang membesar akhirnya dilakukan pengoperasian pemasangan selang untuk mengeluarkan cairan diotak, pada usia 8 bulan dan saat ini lingkar kepala 64 atau 65.
Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita serta adanya gangguan persyarafan terutama pada indra penglihatan sehingga terjadi kebutaan.
Mudah menangis dan mudah marah
-       Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit Hydrocefalus ini menimbulkan kecacatan.
c.       Tahap pasca patogenesis
Cacat serta penyakit tetap berlangsung secara kronik.

Tabel. Faktor yang berpengaruh
Faktor
Penjelasan
Pencetus
Makan dan tidur selalu dengan kucing
Pendorong
Prilaku mengelus tubuh kucing sehingga bulu pada kucing berguguran, dimana pada bulu tersebut mengandung virus toxoplasma, yang dilakukan berulang-ulang.
Resiko
Pola makan serta usia perkawinan yang terlalu dini

Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan-perubahan yang terjadi di setiap tahap tersebut dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannnya sehingga tidak menjadi semakin berat, bahkan dapat disembuhkan. Upaya pencegahan yang biasa digunakan adalah 5 Level of Prevention, yaitu:
1.      Health Promotion
Health education, Peningkatan gizi, Pengawasan pertumbuhan anak, Perumahan sehat, Hiburan/rekreasi, Nasehat perkawinan, Pendidikan sex.
Health promotion yang dilakukan Ibu Mirna adalah sering mengikuti health education mengenai kesehatan lingkungan dan  mencari pengetahuan detail soal penanganan Hydrocefalus.
2.      Specific Protection
Imunisasi, Higiene perorangan & sanitasi lingkungan, Perlindungan terhadap kecelakaan, Perlindungan kerja, perlindungan terhadap karsinogen, Perlindungan terhadap allergen.
Keluarga ini belum ada perlindungan khusus terhadap permasalahan kesehatan, higiene perorangan sangat baik. Namun pada Rizki diberikan tambahan asupan makanan MP-Asi atau vitamin.
3.      Early Diagnosis & Prompt Treatment
Pencarian kasus, Survei individu/massal, Survei screening, Menyembuhkan & mencegah berlanjutnya proses penyakit, Mencegah penyebaran penyakit menular, Mencegah komplikasi.
Pihak puskesmas dan rumah sakit berkerja sama yang baik akan penangulangan penyakt Hydrocefalus. Kontrol akan kesehatan rutin dilaksanakan tiap bulan.
4.      Disability Limitation
Perawatan yang baik & tepat, Mencegah komplikasi lebih lanjut, Perbaikan fasilitas utk mengatasi cacat & mencegah kematian.
Perawatan yang baik oleh ibu mirna dilakukan dengan baik apalagi didukung dengan perolehan skill tersendiri dari dokter ahli.
5.      Rehabilitation
Dukungan moral dari warga sekitar dan kerabat dekatnya membuat Ibu Mirna menjadi sangt yakin dengan kesembuhan putranya meskipun kondisi tubuh Rizki yang makin lama makin melemah.

4.2.5 Sistem Kewaspadaan Dini
Merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi penyakit beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
SKD dilakukan dilakukan oleh mirna dengan cara memperbaiki pola makan beliau besrta keluarga dan sangat menjauhkan rumah tempat tinggalnya dari hewan-hewan piaraan tetangga demi terciptanya keluarga yang sehat.
Sedangkan dari pihak dinas kesehatan kota belum ada melakukan intervensi akan adanya penderita Hydrocefalus.

4.2.6 Advice Sebagai Upaya Pencegahan (health promotion dan specific protection)
Untuk mengurangi risiko hydrocephalus dapat dilakukan dengan cara:
-          Jika anda sedang hamil, lakukan pemeriksaan rutin terhadap kehamilan anda untuk mengurangi risiko apapun terhadap janin anda.
-          Lindungi diri anda dari penyakit infeksi.
Untuk mencegah cedera kepala:
-          Gunakan pelindung kepala yang baik.
-          Selalu gunakan sabuk pengaman ketika menggunakan kendaraan bermotor.
Tanyakan pada dokter anda mengenai vaksin meningitis. Meningitis merupakan penyebab umum hydrocephalus.












BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-          Hidrocefalus merupakan suatu keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan cerebrospinal. Hydrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Adapun gejala pada penderita Hydocefalus adalah Kejang, Muntah-muntah, Perkembangan yang terlambat, Ubun-ubun menonjol dan tegang, Pembuluh darah balik (vena) kepala membesar, Terjadi gangguan penglihatan dan mata juling atau gangguan persarafan, dll.
-          Ada 3  faktor yang berpengaruh akan timbulnya penyakit Hydrocefalus ini yaitu: a)pencetus meninjau dari prilaku responden, b)pendorong masuknya virus toxoplasma kedalam tubuh  dan c)resiko dimana pola makan dan usia perkawinan yang terlalu dini sebagai faktor resiko utama.
-          Faktor yang paling menentukan pada gangguan kesehatan Hydrocefalus adalah pada aGent itu sendiri.
-          Untuk mengurangi risiko hydrocephalus dapat: Jika anda sedang hamil, lakukan pemeriksaan rutin terhadap kehamilan anda untuk mengurangi risiko apapun terhadap janin anda, Lindungi diri anda dari penyakit infeksi, Gunakan pelindung kepala yang baik untuk mengehindari cedera kepala, Selalu gunakan sabuk pengaman ketika menggunakan kendaraan bermotor, Tanyakan pada dokter anda mengenai vaksin meningitis. Meningitis merupakan penyebab umum hydrocephalus.


5.2 Saran
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, maka diharapkan advice yang diberikan terkait permasalahan kesehatan yang ada, dapat dipergunakan dalam mengatasi mauapun mencegah terjadinya permasalahan kesehatan tersebut. Yaitu dengan melakukan 5 level of prevention seperti yang sudah dijelaskan di atas. Diharapkan pula akan dinas kesehatan kota terkait untuk segera melakukan tindakan nyata akan adanya hal tersebut






















DAFTAR PUSTAKA

Bustan,M.N. 2006. Pengantar epidemiologi. Jakarta:Rineka Cipta
Hawes, Paulette. 2008. Asuhan Neonatus Rujukan. Jakarta : EGC
Herdanto. 1999. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. . Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Ilmu Kesehatan Anak, Edisi I, Jakarta
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit edisi ke 1. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit edisi ke 2. Jakarta : EGC