Selasa, 29 Januari 2013

p2km


TUGAS
Buatlah contoh kasus masalah kesehatan, lakukan analisis dengan menggunakan tabel

Penyelesaian :
Kasus I : Malaria Kasus Tertinggi di RSUD Sintang
Rabu, 31 Oktober 2012
BANJARMASINPOST.CO.ID, SINTANG -  Terhitung sejak  Januari 2012 hingga 31 Oktober 2012 angka kasus malaria di terdata 2.390 kasus malaria dirawat di RSUDAde M Djoen Sintang.

Angka itu masuk dalam kasus angka tertinggi.  Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang lakukan indoor residual spraying (IRS) 8000 rumah penduduk guna menekan kasus malaria. Tingginya angka itu, menurut Direktur RSUD Ade M Djoen dr Harysinto Linoh mengungkapkan penyakit malaria merupakan jenis penyakit endemis di Kabupaten Sintang setiap tahunnya.

"Malaria paling tinggi, dari awal tahun hingga sekarang sudah ada 2. 390 kasus malaria, dan malaria sudah endemis ibarat penyakit langganan di Sintang," ujar Harysinto Linoh kepada pada Tribunpontianak.co.id, Rabu (31/10/2012).

Tingginya kasus Malaria di kabupaten Sintang disebabkan oleh nyamuk, akibat kebersihan lingkungan. Saat ini malaria di kabupaten Sintang sudah tak mengenal musim. "Sebenarnya untuk kasus malaria, demam berdarah, dan diare, yang terpenting adalah Kebersihan lingkungan rumah kita. Kalau rumah kita jorok ya nyamuknya banyak, kendati rumah di dekat rawa maupun perkotaan yang terpenting adalah kebersihan lingkungan dan juga kebersihan diri," jelas dr Sinto.

Kasus II : 2012, Gizi Buruk di Polman Capai 220 Kasus
Selasa, 28 Agustus 2012 20:05 wib
POLEWALI – Jumlah kasus penderita gizi buruk maupun gizi kurang di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) terus meningkat. Berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan (Dinkes) Polman, ke puskesmas-puskesmas hingga kini jumlah kasus penderita gizi buruk mencapai 220 orang anak.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Polman dr Ayub Ali, mengatakan jumlah kasus gizi buruk tersebut merupakan akumulasi dari kasus yang terjadi per Desember 2011 hingga Juli 2012.

Dari hasil penjaringan yang dilakukan di puskesmas, jumlah kasus gizi buruk yang terjadi pada tahun 2011 sebanyak 93 kasus. Sementara kasus yang terjadi per bulan Juli 2012 sebanyak 123 kasus. Artinya, kasus gizi buruk mengalami kenaikan sebanyak 30 kasus.

Dari total 220 kasus itu, satu orang penderita gizi buruk asal Kecamatan Tinambung, meninggal dunia, 151 orang berhasil disembuhkan setelah dilakukan penanganan kesehatan, dan dua orang pindah ke Malaysia. “Jadi, hingga saat ini, jumlah kasus penderita gizi buruk yang tersisa tinggal 66  orang,”ujar Ayub, Selasa (28/8/2012).
Ayub mengatakan, dalam menekan terjadinya kasus gizi buruk serta angka kematian, pihaknya telah melakukan penjaringan ke Puskesmas dan meminta kepada Ibu anak untuk setiap saat melakukan penimbangan bayi. Dengan begitu, penanganan cepat bisa dilakukan setelah mengetahui berat timbangan bayi setiap bulan.
Dia menjelaskan, ada beberapa persepsi tentang gizi buruk. Ada yang masuk kategori kurang gizi, ada juga yang memang menderita gizi buruk. Sementara, untuk gizi buruk sendiri ada dua kategori yakni gizi buruk klinis dan non klinis. Gizi buruk non klinis adalah bayi yang memang kekurangan gizi, sementara gizi buruk klinis, bayi yang kurang gizi yang disertai dengan penyakit.
Ayub mengakui bahwa pada kasus gizi buruk yang terjadi tahun 2011, pemerintah tidak maksimal dalam melakukan penanganan kasus tersebut. Hal itu dikarenakan kondisi anggaran yang tidak memadai. Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk penderita gizi buruk pada tahun 2011 yakni RP 90 juta.

Posted by lihatberita | Pada : 5:15 PM
Sebuah penelitian terbaru di Kanada menemukan hubungan interpersonal di rumah, sekolah dan di antara teman sebaya sangat memengaruhi kesehatan mental remaja. Peneliti mendapati para remaja perempuan mengalami masalah emosional lebih tinggi. Sedangkan remaja laki-laki cenderung mengalami masalah perilaku.

Studi dilakukan Badan Kesehatan Publik Kanada, dipimpin peneliti Universitas Queen ini meliputi 26 ribu remaja Kanada berusia 11-15 tahun. Hasilnya menunjukkan, seperlima anak laki-laki dan sepertiga anak perempuan merasa lebih sering tertekan atau merasa rendah diri dalam seminggu.

Seperempat dari anak laki-laki dan hampir sepertiga dari anak perempuan bahkan berharap mereka menjadi orang lain.

Meski begitu, sebagian besar remaja menilai mereka puas menjalani kehidupan. Mayoritas menyebut angka 8 atau lebih dari skala 10 mengenai kehidupan mereka. Secara keseluruhan, para remaja dalam studi mengatakan para orang tua lebih memahami keadaan mereka dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Untuk meneliti hubungan antara faktor-faktor kontekstual dan kesehatan mental ada satu tema kunci yang muncul, yaitu masalah hubungan interpersonal," kata John Freeman, direktur dari Universitas Queen.

Dia menjelaskan, "Tidak peduli bagaimana kesehatan mental diukur dan bagaimana hubungan interpersonal yang bersangkutan, remaja yang memiliki hubungan interpersonal yang positif cenderung memiliki tingkat kesehatan mental yang lebih baik," ujarnya seperti dikutip dari CTVNews.